Prof Dr M Noor Harisudin: Ramadhan, Pandemi dan Kepedulian Sosial


Oleh: Prof. Dr. M. Noor Harisudin
Ketua Komisi Kajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur serta Guru Besar dan Dekan UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Kabargadget, SURABAYA – Salah satu hikmah puasa adalah berempati kepada orang yang lapar. (Al-Jurjawi: 1994). Setidaknya kita merasakan bagaimana orang-orang sial ini kesulitan makan setiap hari.

Kita akan merasakan betapa sulitnya bagi orang miskin untuk menjalani hidup. Untuk mendapatkan sepiring nasi pun, mereka harus berjuang mati-matian ‘sepanjang hari’.

Pahitnya rasa lapar ini hanya bisa dirasakan ketika seseorang berpuasa di bulan suci Ramadhan. Dari terbit hingga terbenamnya matahari, rasa lapar dan dahaga menjadi tantangan sehari-hari bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Padahal, kelaparan adalah ‘dunia sehari-hari’ bagi orang-orang (miskin: red) yang terpisah dari mobilitas sosial.

Barang siapa berpuasa, tidak sembarangan; laki-laki dan perempuan, tua dan muda, atau kaya dan miskin. Semua merasa lapar dan haus karena puasa. Setiap orang merasakan pahitnya lapar yang merupakan sesuatu yang melekat dalam puasa.

Rasa lapar yang pahit inilah yang menimbulkan rasa empati terhadap orang miskin. Empati ini sulit dideskripsikan dan juga sulit dideskripsikan, kecuali orang yang mengalami rasa lapar serupa. Tak heran, jika banyak orang akan merasakan empati jika mengalami rasa lapar yang sama.

Tuhan Bersama Orang yang Lapar

Dalam Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda: “Pada hari kiamat, Allah akan berfirman: Wahai anak Adam, Aku sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.

Pelayan itu bertanya: Bagaimana saya harus mengunjungi Anda, ketika Anda adalah Tuhan alam semesta? Allah menjawab: Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Jika Anda mengunjunginya, Anda akan menemukan saya di sisinya.”

Allah bertanya lagi: Wahai anak Adam, aku lapar, tetapi kamu tidak memberiku makan. Pelayan itu menjawab: Ya Tuhan, bagaimana saya bisa memberi makan Anda, meskipun Anda adalah Tuhan alam semesta?



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *