
Kabargadget|PASURUAN – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pasuruan Andri Wahyudi meminta Pemerintah Kabupaten Pasuruan segera mengatasi sejumlah permasalahan yang dialami petani apel Nongkojajar.
Dorongan tersebut ia sampaikan usai duduk bersama dan menyerap aspirasi sejumlah petani inspiratif Nongkojajar yang didominasi petani apel, Sabtu (12/2/2022) siang di Desa Andonosari, Nongkojajar.
“Saya pernah mendengar beberapa masalah yang sering dialami petani apel di sini. Dan itu memprihatinkan. Jadi, saya minta Pemkab melakukan penetrasi untuk menyelesaikan masalah tersebut,” ujarnya.
Pertama, kata AW, panggilan akrabnya, terkait pupuk dan pestisida. Banyak keluhan yang disampaikan petani terkait ketersediaan pupuk dan pestisida selama ini. Dan ini perlu diselesaikan.
Kedua, lanjutnya, adalah soal permodalan. Diakuinya, hari ini pihaknya mendatangkan teman-teman dari BANK UMKM Jatim yang siap membantu menggalang modal bagi para petani apel Nongkojajar.
“Bunganya murah, hanya 3 persen per tahun. Jadi, pinjaman Rp 10 juta, bunganya hanya Rp 300 ribu per tahun. Ini sangat ringan, semoga ini bisa membantu permodalan petani,” tambahnya.
Terakhir, kata AW, soal harga apel. Ia mengatakan harga apel di petani hanya berkisar Rp. 5.000 per kilogram. Dengan harga jual, petani merugi. Sedangkan kalau Rp 6000 – Rp 7000 per kilogram, hanya pas dengan modal.
“Hanya menguntungkan jika dibeli dengan harga Rp 8.000 per kilogram. Sekarang, kondisi ini mengkhawatirkan karena jika terus berlanjut, tanpa ada penanganan dari pemerintah, petani bisa gulung tikar,” jelasnya.
AW tidak ingin identitas apel sebagai buah khas Nongkojajar, Pasuruan hilang karena petani tidak bisa bertahan karena harga jual apel sangat rendah. Padahal, apel di sini adalah apel paling enak di Jawa Timur.
“Ini harus dipertahankan. Saya akan menyarankan agar pemerintah kabupaten membeli apel milik petani. Itu bisa dimasukkan dalam skema penyaluran bantuan pangan nontunai. Apel bisa dimasukkan dalam salah satu barang yang diberikan,” jelasnya.
AW mengakui bahwa beberapa petani beralih dari apel karena dianggap tidak menguntungkan. Petani memilih komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan.
“Yang perlu digarisbawahi adalah identitas apel untuk Nongkojajar jangan sampai hilang. Ini harus dijaga. Oleh karena itu perlu ada sentuhan dan akselerasi dari pemerintah,” pungkasnya. (lih.)